Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Teks Anekdot

 Teks Anekdot




Teks Anekdot: Pengertian, Struktur, Unsur, Kaidah & Contoh



Pengertian Teks Anekdot

Teks anekdot adalah cerita yang transpirasi oleh fakta, bersifat lucu (mengandung humor) berbarengan dengan kritik halus atau makna tersirat yang positif lainnya. Pernyataan tersebut sejalan dengan pendapat Kosasih (2017, hlm.2)  yang mengemukakan bahwa teks anekdot adalah teks yang berbentuk cerita yang di dalamnya berisi humor sekaligus kritik dan karenanya, anekdot sering kali bersumber dari kisah-kisah faktual dengan tokoh terkemuka yang nyata.



Anekdot adalah sebuah cerita singkat dan lucu atau menarik, yang mungkin menggambarkan kejadian atau orang sebenarnya. Anekdot bisa saja sesingkat pengaturan dan provokasi dari sebuah kelakar. Anekdot selalu disajikan berdasarkan pada kejadian nyata melibatkan orang-orang yang sebenarnya, apakah terkenal atau tidak, biasanya di suatu tempat yang dapat diidentifikasi.


Namun, seiring waktu, modifikasi pada saat penceritaan kembali dapat mengubah sebuah anekdot tertentu menjadi sebuah fiksi, sesuatu yang diceritakan kembali tapi “terlalu bagus untuk nyata”. Terkadang menghibur, anekdot bukanlah lelucon, karena tujuan utamanya adalah tidak hanya untuk membangkitkan tawa, tetapi untuk mengungkapkan suatu kebenaran yang lebih umum daripada kisah singkat itu sendiri, atau untuk melukiskan suatu sifat karakter dengan ringan sehingga ia menghentak dalam kilasan pemahaman yang langsung pada intinya.


https://bacautas.com/1233913376067031040

Ciri-Ciri Teks Anekdot

Setelah kita mengetahui pengertian dari teks anekdot, teks anekdot juga memiliki ciri-ciri yang dapat berguna sebagai pembeda dari teks-teks lainya. Ciri-ciri tersebut dapat kalian lihat sebagai berikut:


  • Teks anekdot bersifat humor atau lelucon, artinya teks anekdot berisikan kisah-kisah lucu atau bualan.
  • Bersifat menggelitik, artinya teks anekdot akan membuat pembacanya merasa terhibur dengan kelucuan yang ada dalam teks.
  • Bersifat menyindir
  • Bisa jadi mengenai orang penting
  • Memiliki tujuan tertentu
  • Kisah cerita yang disajikan hampir menyerupai dongeng
  • Menceritakan tentang karakter hewan dan manusia sering terhubung secara umum dan realistis

Struktur Teks Anekdot

Teks anekdot juga memiliki struktur-struktur dalam pembentukannya. Struktur teks anekdot antara lain Abstraksi, orientasi, event, krisis, reaksi, koda, dan Re-orientasi. Untuk mengetahui lebih dalam mengenai tiap bagain struktur kalian bisa simak yang di bawah ini:

  1. Abstraksi, bagian ini terletak pada bagian awal paragraf, pada bagian ini berisikan gamabaran awal tentang isi dari teks anekdot.
  2. Orientasi, pada bagian ini berisikan awal mula, latar belakang terjadinya suatu peristiwa atau kejadian yang terjadi dalam teks.
  3. Event, berisikan rangkaian peristiwa yang terjadi dalam teks.
  4. Krisis, bagian ini berisikan tentang pemunculan permasalahan yang terjadi dalam teks anekdot.
  5. Reaksi, bagian ini berisikan langkah penyelesaian masalah yang timbul dalam bagian krisis.
  6. Koda, pada bagian ini akan muncul perubahan yang terjadi pada tokoh dalam teks.
  7. Re-orientasi, bagian ini merupakan bagian akhir dari teks sekaligus sebagai penutup dari teks itu sendiri.

    Kosasih (2017: 5) mengemukakan bahwa teks Anekdot memiliki lima struktur teks di antaranya: abstraksi, orientasi, krisis, reaksi, dan koda. Berikut adalah penjelasannya.

    1. Abstraksi,
      adalah pendahuluan yang menceritakan atau mengungkapkan latar belakang dan gambaran umum mengenai isi suatu teks.
    2. Orientasi,
      merupakan bagian cerita yang mengarah pada terjadinya suatu krisis, konflik, atau peristiwa utama. Bagian inilah adalah penyebab timbulnya krisis atau komplikasi pada bagian selanjutnya.
    3. Krisis atau komplikasi,
      bagian utama dari inti peristiwa suatu anekdot. Pada bagian inilah terdapat kelucuan atau kekonyolan yang menggelitik dan mengundang tawa sekaligus sindiran atau kritik yang disampaikan.
    4. Reaksi,
      adalah tanggapan atau respon atas krisis yang dinyatakan sebelumnya. Reaksi dapat berupa sesederhana tertawa, sikap mencela/menyindir, atau mengiakannya sebagai bentuk ironi.
    5. Koda,
      merupakan kesimpulan dan pertanda berakhirnya cerita. Koda dapat memuat komentar, persetujuan, atau penjelasan ulang atas maksud dari cerita yang dipaparkan sebelumnya.

    Unsur Teks Anekdot

    Selain struktur, karena teks anekdot adalah suatu cerita, maka teks anekdot mempunyai unsur pembangun ceritanya. Menurut Kosasih (2017, hlm. 19) unsur-unsur di dalam cerita anekdot ada tokoh, alur, dan latar. Berikut ini adalah penjabarannya.

  1. Tokoh,
    tokoh adalah partisipan yang terlibat dalam cerita yang berada dalam teks anekdot. Tokoh dalam teks anekdot bersifat faktual, biasanya orang-orang terkenal.
  2. Alur,
    alur adalah jalan cerita berupa rangkaian peristiwa yang benar-benar terjadi atau pun sudah mendapat polesan maupun tambahan-tambahan dari pembuat anekdot itu sendiri.
  3. Latar,
    latar berupa waktu, tempat, ataupun suasana dalam anekdot diharapkan bersifat faktual. Artinya benar-benar ada di dalam kehidupan yang sesungguhnya.

Tujuan Teks Anekdot

Seperti kita ketahui teks anekdot juga memiliki tujuan yang di tujukan untuk pembaca dalam setiap kisah cerita yang ditulis. Tujuan-tujuan tersebut merupakan latar belakang bagi pengarang atau penulis untuk menulis sebuah teks anekdot. Berikut di bawah ini merupakan beberapa tujuan dari penulisan teks anekdot.

  • Untuk membangkitkan tawa bagi pembacanya.
  • Sebagai saran penghibur.
  • Sebagai saran pengkritik.

Menurut Kosasih (2017, hlm. 9) Anekdot tergolong ke dalam teks bergenre cerita. Berdasarkan hal tersebut, secara kebahasaan anekdot memiliki karakteristik sebagai berikut.

  1. Banyak menggunakan kalimat langsung ataupun tidak langsung.
  2. Menggunakan nama tokoh orang ketiga tunggal, baik dengan menyebutkan langsung nama tokoh faktual atau tokoh yang disamarkan.
  3. Banyak menggunakan keterangan waktu. Hal ini terkait dengan bentuk anekdot yang berupa cerita, disajikan secara kronologis atau mengikuti urutan waktu.
  4. Menggunakan kata kerja material, yaitu kata yang menunjukkan suatu aktivitas. Hal ini terkait dengan tindakan para tokohnya dan alur yang membentuk rangkaian peristiwa ataupun suatu kegiatan yang menyangkut ceritanya.
  5. Banyak menggunakan kata penghubung atau konjungsi yang bermakna kronologis (keterangan waktu), seperti: kemudian, akhirnya, lalu.
  6. Banyak pula menggunakan konjungsi penerang atau penjelas, seperti: bahwa, ialah, sebab. Hal ini berkaitan langsung dengan dialog dari para tokohnya yang diubah dari bentuk langsung ke kalimat tak langsung.

Sementara itu, Tim Kemdikbud (2017, hlm.95) mengutarakan bahwa unsur kebahasaan khas sebagai berikut:

  1. Menggunakan  kalimat yang menyatakan peristiwa masa lalu.
  2. Banyak menggunakan kalimat bergaya retoris atau kalimat pertanyaan yang tidak membutuhkan jawaban.
  3. Menggunakan konjungsi atau kata penghubung yang menyatakan hubungan waktu (kronologis) seperti: akhirnya, kemudian, lalu.
  4. Menggunakan kata kerja aksi seperti: menulis, membaca, dan berjalan.
  5. Menggunakan kalimat perintah atau imperative sentence.
  6. Menggunakan kalimat seru, khusus untuk anekdot yang disajikan dalam bentuk dialog, penggunaan kalimat langsung sangat dominan.

Kaidah Kebahasaan Teks Anekdot

Teks anekdot juga memiliki kaidah kebahasaan tersendiri berbeda dari teks lainnya. Kaidah kebahasaan itu bisa kalian lihat di bawah ini.

  1. Menggunakan kata keterangan waktu lampau
  2. Menggunakan kata penghubung
  3. Terdapat penggunaan kata kerja
  4. Urutan peristiwa berdasarkan waktu
  5. Menggunakan jenis pertanyaan retorik, yaitu kalimat pertanyaan yang tidak mengharuskan untuk dijawab.

    Perbedaan Anekdot dan Humor

    Lalu apa bedanya anekdot dengan humor biasa? Berikut adalah tabel perbandingan dari anekdot dan humor.

    AspekAnekdotHumor
    Ide Cerita:Peristiwa nyataRekaan
    Isi:Masalah yang terkait tokoh publik atau terkenal yang berpengaruh besar terhadap orang banyakMasalah kehidupan sehari-hari yang banyak dialami oleh masyarakat
    Fungsi Komunikasi:Menyampaikan kritik yang berbentuk sindiran yang lucu namun tetap disampaikan secara halusMenghibur
    Makna TersiratBiasanya memiliki makna tersirat berupa saran, harapan atau kritik membangun yang objektif dan tidak menyudutkan satu pihak (mengajak semuanya berintrospeksi)Tidak memiliki makna tersirat

     

    Jenis-jenis Teks Anekdot

    Luxembrug dkk (1992:160), mengemukakan bahwa jenis-jenis teks anekdot sebagai berikut.

    1. Artikel Anekdot
      artikel bisa berbentuk format naratif yang mana dalam ceritanya memiliki kejelasan tokoh, alur, peristiwa, dan latar.
    2. Cerpen Anekdot
      anekdot berupa cerpen biasanya hanya menceritakan sesuatu hal yang lugas, sehingga ceritanya tersebut tidak berbelit-belit, sehingga pembaca dapat lebih mudah untuk memahami lelucon dan sindiran dari teks tersebut.
    3. Teks Dialog Anekdot
      teks dialog adalah sarana primer dari teks anekdot. Mengapa? Karena teks dialog merupakan situasi bahasa utama untuk menyampaikan lelucon. Sehingga, teks dialog anekdot sangatlah memungkinkan untuk dibuat.

    Aksi Maling Tertangkap CCTV
    Isi
    Struktur
    Seorang warga melapor kemalingan.
    Abstraksi
    Pelapor : “Pak saya kemalingan.”
    Polisi : “Kemalingan apa?”
    Pelapor : “Mobil, Pak. Tapi saya beruntung Pak...”
    Orientasi
    Polisi : “Kemalingan kok beruntung?”
    Pelapor : “Iya pak. Saya beruntung karena CCTV merekam dengan jelas. Saya bisa melihat dengan jelas wajah malingnya.”
    Polisi : “Sudah minta izin malingnya untuk merekam?”
    Krisis
    Pelapor : “Belum .... “ (sambil menatap polisi dengan penuh keheranan.
    Polisi : “Itu ilegal. Anda saya tangkap.”
    Reaksi
    Pelapor : (hanya bisa pasrah tak berdaya).
    Koda

    C. Kebahasaan Teks Anekdot 
    Seperti juga teks lainnya, anekdot memiliki unsur kebahasaan yang khas yaitu (a) menggunakan kalimat yang menyatakan peristiwa masa lalu, (b) menggunakan kalimat retoris, [kalimat pertanyaan yang tidak membutuhkan jawaban]; (c) menggunakan konjungsi [kata penghubung] yang menyatakan hubungan waktu seperti kemudian, lalu; (d) menggunakan kata kerja aksi seperti menulis, membaca, dan berjalan, ; (e) menggunakan kalimat perintah (imperative sentence); dan (f) menggunakan kalimat seru. Khusus untuk anekdot yang disajikan dalam bentuk dialog, penggunaan kalimat langsung sangat dominan.

    No.
    Unsur Kebahasaan
    Contoh Kalimat
    1.
    Kalimat yang menyatakan
    peristiwa masa lalu
    Pada puncak pengadilan korupsi politik, Jaksa penuntut umum menyerang saksi.
    2.
    Kalimat retoris
    “Apakah benar,” teriak Jaksa, “bahwa Anda menerima lima ribu dolar untuk berkompromi dalam kasus ini?”
    3.
    Penggunaan konjungsi yang
    menyatakan hubungan waktu
    Akhirnya, hakim berkata, “Pak, tolong jawab pertanyaan Jaksa.”
    4.
    Penggunaan kata kerja aksi
    Saksi menatap keluar jendela seolah-olah tidak mendengar pertanyaan.
    5.
    Penggunaan kalimat perintah
    “Pak, tolong jawab pertanyaan Jaksa.”
    6.
    Penggunaan kalimat seru
    “Oh, maaf.”

    D. Menyusun Teks Anekdot berdasarkan Kejadian yang Menyangkut Orang Banyak atau Perilaku Tokoh Publik
    Dalam menyusun anekdot, ada beberapa hal yang harus ditentukan lebih dulu. Hal tersebut adalah menentukan tema, kritik, kelucuan, tokoh, struktur, alur, dan pola penyajian teks anekdot. Langkah-langkah ini akan memudahkan untuk belajar menyusun anekdot. 
    Langkah-langkah penyusunan disajikan dalam bentuk tabel, dengan penyelesaian pada kolom ketiga.

    No.
    Aspek
    Isi
    1.
    Tema
    Kasih sayang pada orangtua.
    2.
    Kritik
    Anak yang memandang orangtua di masa tuanya
    sebagai orang yang merepotkan.
    3.
    Humor/
    kelucuan
    Orang dewasa malu karena dikritik oleh anak kecil.
    4.
    Tokoh
    Kakek tua, ayah, anak dan menantu.
    5.
    Struktur
    Abstraksi
    Kakek tua yang tinggal bersama anak,
    menantu dan cucu 6 tahun.
    Orientasi
    Kebiasaan makan malam di rumah
    si anak. Kakek tua makannya sering
    berantakan.
    Krisis
    Kakek tua diberi meja kecil terpisah di
    pojok, dengan alat makan anti pecah.
    Reaksi
    Cucu 6 tahun membuat replika
    meja terpisah.
    Koda
    Cucu 6 tahun mengungkapkan kelak akan
    membuat meja terpisah juga
    untuk ayah dan ibunya.
    7
                Alur
    Kakek tua tinggal bersama anak, menantu dan cucunya yang
    berusia 6 tahun. Karena sudah tua, mata si Kakek rabun dan
    tangannya bergetar sehingga kerap menjatuhkan makanan dan
    alat makan. Agar tidak merepotkan, ia ditempatkan di meja
    terpisah dengan alat makan anti pecah. Anak dan menantunya
    baru sadar ketika diingatkan oleh cucu 6 tahun yang tengah
    bermain membuat replika meja.
    8
    Pola
    penyajian
    Narasi.

    Teks
    anekdot
    Seorang kakek hidup serumah bersama anak, menantu, dan cucu berusia 6 tahun. Keluarga itu biasa makan malam bersama. Si kakek yang sudah pikun sering mengacaukan segalanya. Tangan bergetar dan mata rabunnya membuat kakek susah menyantap makanan. Sendok dan garpu kerap jatuh.
    Saat si kakek meraih gelas, sering susu tumpah membasahi taplak. Anak dan menantunya menjadi gusar. Suami istri itu lalu menempatkan sebuah meja kecil di sudut ruangan, tempat sang kakek makan sendirian. Mereka memberikan mangkuk melamin yang tidak gampang pecah. Saat keluarga sibuk dengan piring masing-masing, sering terdengar ratap kesedihan dari sudut ruangan. Namun, suami-istri itu justru mengomel agar kakek tak menghamburkan makanan lagi.
    Sang cucu yang baru berusia 6 tahun mengamati semua kejadian itu dalam diam.
    Suatu hari si ayah memerhatikan anaknya sedang membuat replika mainan kayu.
    “Sedang apa, sayang?” tanya ayah pada anaknya.
    “Aku sedang membuat meja buat ayah dan ibu.
    Persiapan buat ayah dan ibu bila aku besar nanti.”
    Ayah anak kecil itu langsung terdiam.
    Ia berjanji dalam hati, mulai hari itu, kakek akan kembali diajak makan di meja yang sama. Tak akan ada lagi omelan saat piring jatuh, makanan tumpah, atau taplak ternoda kuah.
    Sumber: J. Sumardianta, Guru Gokil Murid Unyu. Halaman 47. (dengan penyesuaian)

    E. Pola Penyajian Anekdot
    Anekdot dapat disajikan dalam bentuk dialog maupun narasi. Salah satu ciri dialog adalah menggunakan kalimat langsung. Kalimat langsung adalah sebuah kalimat yang merupakan hasil kutipan langsung dari pembicaraan seseorang yang sama persis seperti apa yang dikatakannya.

    Kisah Pengadilan Tindak Pidana Korupsi
    Dialog
    Narasi
    Pada puncak pengadilan korupsi politik,
    Jaksa penuntut umum menyerang saksi.
    Jaksa : “Apakah benar, bahwa anda menerima lima ribu dolar untuk berkompromi dalam
    kasus ini?”
    Saksi : (menatap keluar jendela seolah-olah tidak mendengar pertanyaan)
    Jaksa : “Apakah benar, bahwa anda menerima lima ribu dolar untuk berkompromi dalam
    kasus ini?”
    Saksi : (tidak menanggapi)
    Hakim : “Pak, tolong jawab pertanyaan Jaksa.”
    Saksi : (kaget) “Oh, maaf. Saya piker dia tadi berbicara dengan Anda.”
    Pada puncak pengadilan korupsi politik, Jaksa penuntut umum menyerang saksi.
    “Apakah benar,” teriak Jaksa, “bahwa Anda menerima lima ribu dolar untuk berkompromi dalam kasus ini?”
    Saksi menatap keluar jendela seolaholah tidak mendengar pertanyaan.
    “Bukankah benar bahwa Anda menerima lima ribu dolar untuk berkompromi dalam kasus ini?” ulang pengacara.
    Saksi masih tidak menanggapi.
    Akhirnya, hakim berkata, “Pak, tolong jawab pertanyaan Jaksa.”
    “Oh, maaf.” Saksi terkejut sambil berkata kepada hakim, “Saya pikir dia tadi berbicara dengan Anda.”

Contoh Teks Anekdot



Bikin Undang-undang

Dodi datang bertandang pada sepupunya yang bernama Allan, ia berdomisili di sebuah kota.

Suatu pagi yang lengang Dodi diajak cari sarapan, mereka naik mobil, tentu Allan yang nyopir.

Di perempatan jalan, waduh…, lampu merah menyala, tapi Allan melaju terus, maka itu Dodi menegor sepupunya itu.

Dodi : Lampu merah, mengapa engkau melaju terus?!

Allan : Alah…, tenang aja, di Negeri ini aku bisa bikin Undang-undang kok…!, jawabnya santai..

Dodi : Bagaimana bisa?!, bukankah yang membuat Undang-undang itu DPR plus Pemerintah?!

Allan : (Meminggirkan mobilnya)

Dodi : Mengapa meminggir?!

Allan : Mau menjawab pertanyaanmu!!, jawabnya ketus.

Dodi : Mengapa harus meminggir?!

Allan : (Mobil dihentikan, lalu dirogoh saku celananya serta diambil dompetnya yang tebal itu dan ditaruhnya di depan Dodi seraya berkata): Ini jawabannya!! Sambil menancapkan gas…

Dodi : Oh…!!!

Sarang Laba-Laba

Pada saat pak dosen memberi kuliah Sosiologi Hukum, bertanyalah ia pada mahapeserta didik yang bernama Elisa.

Dosen : Saudari Elisa, coba utarakan seringkas mungkin kondisi penegakan hukum di Negara kita tercinta ini…!, tanyanya;

Elisa : Bagaikan sarang laba-laba pak!!‟ jawabnya tegas;

Dosen : Maksudnya…?!

Elisa : Kalau kelas nyamuk akan tertangkap dan tak dapat berkutik pak!, sedang kalau kelas kumbang, wah…, jebol pak…!!;

Dosen : Kalau kelas gagak?!

Elisa : Tak tahu pak…!!

Mahapeserta didik lainnya : Hahaha

(Sumber : Blog Tamao Feryzawa)


https://kumparan.com/berita-update/teks-anekdot-inilah-ciri-ciri-dan-kaidah-kebahasaannya-1uxUbcfni8n

KUHP

Seorang dosen Fakultas Hukum sedang memberi kuliah Hukum Pidana

Ali bertanya pada pak dosen, apa kepanjangan daripada KUHP pak…?

Pak dosen tidak menjawab sendiri melainkan dilemparkannya pada si Ahmad. “Saudara Ahmad, coba saya dibantu untuk menjawab pertanyaan saudara Ali”, pinta pak dosen

Si Ahmad menjawab, “Kasih Uang Habis Perkara pak…!!!”, tegasnya.

Mahapeserta didik lain tentu pada ketawa, sedang pak dosen geleng-geleng kepala, seraya menambahkan pertanyaan pada si Ahmad, “saudara Ahmad, darimana saudara tahu jawaban itu?!!

“Dasar si Ahmad”, pertanyaan pak dosen dijawabnya pula dengan tegas, “peribahasa Inggris mengatakan pengalaman adalah guru yang terbaik pak…!!!”

Asap Rokok

Di pagi hari, Andi berjalan menuju halte, dimana orang-orang ingin menunggu bus untuk pergi ke tempat kerjanya. Setelah sampai di halte, dia bertanya kepada seorang buruh pabrik yang sedang menunggu bus Kopaja sambil merokok. Lalu Andi memulai percakapan, “haduh, tebal dan jorok sekali asap bus mayasari bakti.” Lalu buruh pabrik itu merespon pernyataan Andi, “Iya nih.. Asap kopaja juga tebal.” Lalu Andi membalas, “Bagaimana tanggapan anda jika melihat orang yang menyebabkan polusi lebih dari asap bus itu?” Buruh pabrik itu menjawab, “hajar aja tuh orang.” Lalu Andi menghajar Buruh pabrik itu. Setelah mengahajar orang tersebut, Andi memberikan brosur kepada buruh itu.

Lalu Andi berjalan tidak jauh dari halte itu, dan menemukan seorang karyawan swasta yang sedang merokok dan sedang menunggu bus juga. Maka Andi memulai percakapan dengan orang tersebut, “haduh, tebal sekali asap kendaraan di Jakarta ini, padahal kendaraan di Jakarta sudah diwajibkan melakukan uji emisi.” Lalu karyawan swasta tersebut merespon, “Iya nih.. Pantas saja terjadi Global Warming.” Andi pun bertanya kembali pada orang tersebut, “Bagaimana respon anda terhadap orang yang menyebabkan polusi lebih dari asap kendaraan?” Sang karyawan swasta pun menjawab, “Kalo penyebabnya itu pabrik, baker aja. Kalau penyebabnya manusia, tamper aja biar dia sadar.” Lalu Andi menampari orang tersebut, dan memberi brosur kepada orang tersebut.

Presiden dan Burung Beo

Ada dua orang presiden yang terlibat dalam sesi tanya jawab dan suasananya cukup mengherankan.
Presiden 1: “Ada burung Beo yang sudah diajarkan dua bahasa sekaligus, dan burung Beo tadi bisa menirukan dengan bagus, satu bahasa Inggris dan yang ke dua bahasa Rusia. Jadi kalau ditarik kakinya yang kanan, burung Beo akan biacara bahasa Inggris dan kalau ditarik kakinya yang kiri burung Beo akan bicara bahasa Rusia, hebatkan!”
Presiden 2: “Hebat-hebat!”
“Bagaimana kalau kedua kakinya ditarik?” tanya presiden 1.
“Wah pasti burung Beo tadi bisa dua bahasa sekaligus!” jawab presiden 2.
“Salah”.
“Oh mungkin dua bahasa tadi menjadi campur aduk!”.
“Salah”.
“Atau mungkin salah satu katanya akan ketukar, satu bahasa Inggris dan kata kedua bahasa Rusia”.
“Salah”.
“Loh … jadi gimana donk?”.
“Yang jelas kalau kedua kakinya ditarik, burung Beonya akan jatuh dari sarangnya, bego!”.
“Eh jangan main-main ya, gini-gini gua presiden, walau hanya di rumah tangga, masa lu bilang bego!”.
Dan tak lama kemudian pun burung Beo itu menirukan kata-kata tersebut.
“Presiden bego … presiden bego … presiden bego!” suara burung Beo terdengar berulang ulang.


Mencari Struktur Teks Anekdot

  • Abstraksi: Ada dua orang presiden yang terlibat dalam sesi tanya jawab.
  • Orientasi: Suasananya cukup mengherankan.
    Krisis: “Yang jelas kalau kedua kakinya ditarik, burung Beonya akan jatuh dari sarangnya, bego!”.
  • Reaksi: “Eh jangan main-main ya, gini-gini gua presiden, walau hanya di rumah tangga, masa lu bilang bego!”.
  • Koda: “Presiden bego … presiden bego … presiden bego!” suara burung Beo terdengar berulang-ulang.

Membandingkan 2 Teks Anekdot

  • Teks I :

Cak Lontong : “kamu ulungan tadi gimana?”
Anaknya :”dari 10 cuma salah 1”
Tapi tetap anakku di panggil guru gara-gara ulangan jelek
Cak lontonng :”Loh kenapa kan anak saya bisa ngerjain 10 soal dan cuma salah 1”
Guru :Iya pak memang,dia dari no:1-10 Cuma salah satu,tapi jumlah soalnya ada 100.

  • Teks II :

Beli Satu Dapat Dua

Di sebuah pasar terlihat seorang pedagang kaki lima sedang berteriak-teriak menjajakan dagangannya : “beli satu dapat dua !! beli satu dapat dua !!!”,teriak seorang pedagang kaki lima.”apa barangnya ???” tanya seseorang yang lewat”apa barangnya???” tanya si seorang yang lewat.lalu si pedangang menjawab”sepatu,ayo beli 1 dapat 1 sepatu”

Perbeadaan


Menyunting Teks Anekdot

Teks anekdot yang belum disunting :

Bodrex

Suatu hari di bulan puasa saat seorang kakek sedang puasa tiba-tiba kepalanya sakit,dengan panik si kakek langsung minum obat bodrex.

Cucunya yang melihat kejadian itu langsung itu langsung bertanya,”kakekkan puasa,kenapa minum obat?”
Si kakek langsung menjawab,”itulah okenya bodrex,bisa diminum kapan saja dan dimana saja!!!”


Teks anekdot yang sudah di sunting

Suatu hari di bulan puasa saat seorang kakek sedang puasa,tiba-tiba kepalanya sakit,dengan paniknya si kakek langsung minum obat bodrex.

Cucunya yang melihat kejadian itu langsung bertanya,”kakekkan puasa,kenapa minum obat?”.

Si kakek langsumg menjawab,”itulah okenya bodrex,bisa diminum kapan saja dan dimana saja !!!”’lalu si cucu pun tercengang dan si cucu pun pergi meninggalkan kakek.


Contoh Teks Anekdot Beserta Strukturnya

Suatu hari ada tukang roti lewat, terus teman gue congli manggil, lalu tukang roti itu pun nyamperin kami yang lagi duduk-duduk santai di taman depan rumah.
Congli : “Roti apa aja yang ada, bang?”
Tukang Roti : “Macam-macam, dek.”
Congli : “Yang ini roti rasa apa bang?”
Tukang Roti : “Yang ini nanas.”
Congli : “Kalo yang ini?”
Tukang Roti : “Ini mah kelapa dek.”
Congli : “Kalo yang ini roti rasa apa bang?”
Tukang Roti : “Kalo yang ini rasa srikaya dek.”
Congli : “Terus, rotinya yang mana bang? Dari tadi kok sebutin buah-buahan melulu, emangnyaabang jual buah apa roti? Kalo kayak gini gue gak jadi beli deh.
Tukang Roti : ”
Seketika itu tukang roti pun mendadak pingsan.


Bagian-bagian struktur dari teks diatas (Tukang Roti) adalah :

  1. Abstraksi : Suatu hari ada tukang roti lewat

  2. Orientasi : Temen gue congli manggil

  3. Krisis : Terus rotinya mana bang? Dari tadi kok sebutin buah-buahan melulu, emangnya abang jual buah apa roti? Kalo kayak gini gue gak jadi beli deh.

  4. Reaksi : Tukang roti pun pingsan

  5. Koda : Seketika itu tukang roti pun mendadak pingsan


Tanda Orang Pintar

“anak-anak tanda orang pintar itu apa?” Tanya Bu guru
“Rajin baca dan nulis , bu !!!” jawab murid-murid
“Bagus – bagus” Puji Bu guru
“Rajin nyontek bu” Jawab amir
“Lah kok,gitu mir?” tegur guru
“Buktinya kita nyontek buat kapal,akhirnya kita pintar buat kapal, betulkan bu?”
“Betul juga, kamu mir, mir jadi sekarang rajinlah nyontek” kata bu guru
“Asiik besok ulangan kita bisa nyontek” Jawab anak-anak gembira
“bukan, yang model itu” seru guru sambil megang jidat.

Supir Taksi

Susi harus bekerja sampai larut malam dikantornya. Ketika ingin pulang Susi menyetop taksi untuk mengantarnya pulang.

“Kebon Jeruk ya Pak“

Sopir taksi itu hanya menggangguk, selama perjalanan tidak terjadi percakapan antara Susi dan Sopir Taksi, mungkin Susi merasa capek karena bekerja sampai larut malam. 20 menit lamanya keheningan terjadi, tiba-tiba Susi ingat bahwa uang yang dibawanya kurang untuk membayar ongkos taksi.

Susi lalu menepuk pundak Sopir taksi dengan maksud berhenti dulu didepan untuk mengambil uang di ATM.
Tapi tiba-tiba setelah pundaknya ditepuk oleh Susi Sopir taksi itu secara membabi buta membanting setirnya ke kanan kemudian ke kiri sambil berteriak secara histeris, sampai akhirnya taksi itu menabrak sebuah pohon.

Untung Susi dan Sopir Taksinya tidak mengalami luka yang cukup parah. Sopir Taksi itu kemudian meminta maaf kepada Susi.

“Maaf ya Bu, Ibu nggak apa-apa? Ibu sih make nepuk pundak saya, kagetnya setengah mati bu!!”
“Lho, masa sih ditepuk pundaknya aja kaget??
“Soalnya ini hari pertama saya jadi sopir Taksi, Bu”
“Emangnya pekerjaan bapak sebelumnya apa??“
“Selama 20 tahun saya jadi SOPIR MOBIL JENAZAH”


Tukang Daging

Suatu pagi lewatlah seorang penjual daging. “Dageeeng! Dageeeeennngg! !!” teriaknya.
Seorang ibu rumah tangga yang sedang sakit gigi sewot banget mendengar teriakan si tukang daging.
Ibu: “Hei tukang daging! Lu kagak punya otak ya….!!!??? ”
Tukang daging : “Wah kebetulan gak punya, Bu. Hari ini daging semua…”



Referensi

  1. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2017). Buku Siswa Bahasa Indonesia SMA/MA/SMK/MAN Kelas X. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
  2. Kosasih, E. (2017). Jenis-jenis Teks. Bandung: Penerbit Yrama Media
  3. Mayora & Syahrul & Tressyalina (2017). Pengaruh model discovery learning berbantuan media audiovisual terhadap keterampilan menulis teks anekdot siswa kelas X SMA Negeri 1 Lembah Gumanti Kabupaten Solok. Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. 6 (1): halaman 193.
  4. Yustinah. (2014). Produktif berbahasa Indonesia untuk SMK/MAK kelas X. Bandung: Erlangga.
  5. Luxemburg, Jan Van dkk. (1992). Pengantar Ilmu Sastra (Terjemahan Dick Hartoko). Jakarta: Gramedia
  6. Kosasih, E. 2014. Jenis-Jenis Teks dalam Mata Pelajaran Bahasa Indoneisa SMA/MA/SMK. Bandung: Yrama Widya
  7. Suherli, dkk. 2017. Buku Guru Bahasa Indonesia Kelas X Revisi  Tahun 2017. Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemendikbud
  8. Suherli, dkk. 2017. Buku Siswa Bahasa Indonesia Kelas X Revisi  Tahun 2017. Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemendikbud.


Demikianlah pembahasan mengenai Teks Anekdot 

Posting Komentar untuk "Teks Anekdot"